TEMPOCO, Jakarta-Selain pusat pendidikan bagi calon prajurit Tentara Nasional Indonesia atau TNI, institusi pertahanan di Indonesia ini juga memiliki sekolah bagi para perwira TNI yang bernama Sekolah Staf dan Komando atau dikenal Sesko.. Tiga Jenis Pendidikan . Merujuk Peraturan Panglima TNI Nomor 28 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tugas Sesko TNI, tujuan utama dari Sesko adalah
Jauhsebelum ada lembaga pendidikan yang disebut sekolah, keluarga telah ada sebagai lembaga yang memainkan peran penting dalam pendidikan yakni sebagai peletak dasar. Dalam dan dari keluarga orang mempelajari banyak hal, dimulai dari bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menyatakan keinginan dan perasaan, menyampaikan pendapat, bertutur
TRIBUNMEDAN.COM, MEDAN- Pemko Medan melalui Dinas Pendidikan Kota Medan menggelar kegiatan pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis Information Technologi (IT)bagi guru Pendidikan Usia Dini (PAUD) dan guru Pendidikan Non Formal (PNF) se - Kota Medan di Hotel Madani, Selasa (2/8/2022).. Diharapkan kegiatan ini, dapat mewujudkan Visi dan misi Wali Kota Medan Bobby Nasution khususnya di
Vay Tiền Nhanh. Jalur pendidikan keluarga dan lingkungan disebut juga sebagai pendidikan? formal nonformal informal karakter kokurikuler Jawaban yang benar adalah C. informal. Dilansir dari Ensiklopedia, jalur pendidikan keluarga dan lingkungan disebut juga sebagai pendidikan informal. [irp] Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. formal adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Menurut saya jawaban B. nonformal adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. [irp] Menurut saya jawaban C. informal adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. Menurut saya jawaban D. karakter adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. [irp] Menurut saya jawaban E. kokurikuler adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah C. informal. [irp] Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.
ANGGI AFRIANSYAH, Peneliti Sosiologi Pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan BRIN Ki Hadjar Dewantara 2013 menyebut tiga arena penting pendidikan yaitu alam keluarga, alam perguruan, dan alam pemuda. Dalam pandangan KHD di dalam paparannya mengenai pendidikan keluarga disampaikan beberapa pesan penting yang masih relevan hingga kini. Pertama, anak-anak harus dibesarkan dalam suasana penuh cinta kasih. Dalam suasana cinta kasih, menurut KHD, hilanglah rasa murka, egoisme, dan hadir perasaan ikhlas. Dalam pandangannya, limpahan cinta kasih sangat berfaedah pada pendidikan kebatinan. Kesucian, keridhaan, keikhlasan dari orang tua menjadi pendidikan bagi anak sebab mereka akan merasakan rasa mengenai kewajiban, perhatian, dan rasa cinta kasih. Kedua, pendidikan tak boleh hanya disandarkan pada sekolah. Anak-anak harus mendapat kesempatan yang banyak berkumpul bersama keluarga. Pertama, anak-anak harus dibesarkan dalam suasana penuh cinta kasih. Ketiga, pendidikan keluarga menjadi penting untuk mendidik budi pekerti. Dalam pandangan KHD, suatu kesalahan ketika orang tua sepenuhnya menyerahkan berbagai hal ke sekolah. Ia menyebut pendidikan budi pekerti tidak bisa dilakukan sambil lalu. KHD menyebut, alam keluarga yang terpenting untuk pendidikan anak. Ilmu parenting ala KHD tampaknya perlu mendapat perhatian ekstra dari pengambil kebijakan maupun orang tua. Di era industrialisasi, terjadi pembagian peran signifikan yang dilakukan oleh sekolah untuk mendidik, alam keluarga menjadi cenderung dipinggirkan dalam proses pendidikan. Di masa pandemi awal, semua kembali kepada keluarga sebab sekolah ditutup. Orang tua berjibaku mendidik anak di rumah. Orang dewasa di rumah, aktif membantu pengerjaan tugas juga perkara teknis agar pembelajaran optimal. Ini terjadi saat orang tua memiliki pemahaman memadai tentang materi, teknis pembelajaran, dan keluangan waktu. Orang tua berjibaku mendidik anak di rumah. Orang dewasa di rumah, aktif membantu pengerjaan tugas juga perkara teknis agar pembelajaran optimal. Ada keluarga yang mendapat berkah terselubung di masa pandemi. Akibat perjumpaan intensif di rumah, ikatan di antara anggota keluarga erat. Ada banyak obrolan, menemani anak belajar, juga aktivitas menyenangkan lainnya. Antaranggota keluarga lebih saling memahami. Namun, ini tak dinikmati banyak keluarga. Ada keluarga yang meski bekerja dari rumah tetapi punya beban ekstra menyelesaikan pekerjaan. Sehingga anak-anak justru tidak terperhatikan meski mereka selalu bersama di rumah. Paling menderita, tentu mereka yang marginal. Orang tua mereka mendapat PHK, lapak berjualan harus ditutup karena minim pelanggan, pemotongan gaji, dan tertimpa hal buruk lain. Untuk tetap bertahan, mereka melakukan apa pun. Sudah jelas, anak-anak di rumah tak mendapatkan pendampingan memadai. Dukungan untuk keluarga Ketika seseorang memutuskan menikah maka pemahaman mengenai dunia pernikahan yang kompleks dan menuntut tanggung jawab perlu menjadi perhatian. Ketika pasangan memutuskan memiliki anak, harus memiliki kesadaran besar merawat dan mendidik anak-anak. Ketika seseorang memutuskan menikah maka pemahaman mengenai dunia pernikahan yang kompleks dan menuntut tanggung jawab perlu menjadi perhatian. Maka, meski berkeluarga sangat personal, pemerintah perlu lebih memberi dukungan terhadap proses terbentuknya keluarga yang solid. Perhatian pemerintah terhadap pendidikan keluarga menjadi lebih mendesak. Tentu bukan dengan membuat aturan yang merumitkan pengelolaan keluarga. Pada 2015 Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kemendikbud merilis buku “Roadmap Pendidikan Keluarga Edisi Revisi”. Pada buku tersebut dipaparkan pentingnya kemitraan orang tua, kurikulum pendidikan keluarga, mekanisme pengembangan kemitraan orang tua dan satuan pendidikan, dan laman pendidikan keluarga yang dapat diakses masyarakat. Buku ini memaparkan upaya pemerintah membangun pendidikan di level keluarga. Namun catatan yang penting diperhatikan, desain yang dibangun ada pada ruang pendidikan keluarga yang ideal. Padahal saat ini terdapat ragam kompleksitas saat bicara tentang fakta keluarga. Pada posisi tersebut, situasinya lebih problematis. Orang tua tunggal dan anak-anak yang dibesarkan butuh dukungan dari orang di sekitarnya. Tidak semua keluarga harmonis dan dalam keadaan ideal untuk mendidik anak. Dalam banyak kasus, orang tua tunggal terutama perempuan mendapat stigma buruk saat memutuskan berjuang mendidik anak seorang diri. Pada posisi tersebut, situasinya lebih problematis. Orang tua tunggal dan anak-anak yang dibesarkan butuh dukungan dari orang di sekitarnya. Anak-anak yang terdidik baik mendapatkan pengasuhan di berbagai ruang pendidikan dengan baik. Tidak hanya itu, terpenuhinya kebutuhan dasar seperti sandang, papan, pangan bagi anak-anak, menjadi bagian yang tak bisa ditawar. Kembali menengok pendidikan keluarga adalah ikhtiar penting dalam mendidik anak-anak Indonesia.
Pengertian Pendidikan Keluarga Wawasan Pendidikan. Istilah keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak bisa dipisahkan. Sebab, di mana ada keluarga di situ ada pendidikan. Di mana ada orang tua di situ ada anak yang merupakan suatu kemestian dalam keluarga. Ketika ada orang tua yang ingin mendidik anaknya, maka pada waktu yang sama ada anak yang menghajatkan pendidikan dari orang tua. Dari sini muncullah istilah “pendidikan keluarga”. Artinya, pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga. Dengan demikian, pendidikan keluarga adalah usaha sadar yang dilakukan orang tua, karena mereka pada umumnya merasa terpanggil secara naluriah untuk membimbing dan mengarahkan, pengendali dan pembimbing direction control and guidance, konservatif mewariskan dan mempertahankan cita-citanya, dan progressive membekali dan mengembangkan pengetahuan nilai dan ketrampilan bagi putra-putri mereka sehingga mampu menghadapi tantangan hidup di masa datang. Selain itu, keluarga juga diharapkan dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang nantinya dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengkombinasikan antara pendidikan keluarga dengan pendidikan lembaga tersebut, sehingga masjid, pondok pesantren, dan sekolah merupakan tempat peralihan dari pendidikan keluarga. Namun demikian, orang tua perlu bekerja sama dengan pusat pendidikan tempat mengamanatkan pendidikan anaknya, seperti belajar di madrasah dan pesantren. Tujuannya adalah tetap memantau setiap perkembangan pendidikan anak dan tidak melepaskan tanggungjawab. Hal itu merupakan bentuk tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya apabila ia sendiri merasa tidak mampu untuk memberikan pendidikan yang dibutuhkan anaknya. Pada posisi ini fungsi dan peran madrasah, pesantren, di pusat pendidikan lainnya hanya membantu kelanjutan pendidikan yang telah dimulai dalam keluarga. Artinya, bahwa tanggung jawab pendidikan anak pada akhirnya kembali kepada orang tua juga. Hal itu dikarenakan orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak, orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model, orang tua seharusnya memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak mereka. Pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam. Karena dengan budi pekerti itulah tercermin pribadi yang mulia. Sedangkan pribadi yang mulia itu adalah pribadi yang utama yang ingin dicapai dalam mendidik anak dalam keluarga. Namun sayangnya, tidak semua orang tua dapat melakukannya. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, misalnya orang tua yang sibuk dan bekerja keras siang malam dalam hidupnya untuk memenuhi kebutuhan materi anakanaknya, waktunya dihabiskan di luar rumah, jauh dari keluarga, tidak sempat mengawasi perkembangan anaknya, dan bahkan tidak punya waktu untuk memberikan bimbingan, sehingga pendidikan akhlak bagi anak-anaknya terabaikan. Dalam kasuistik tertentu sering ditemukan sikap dan perilaku orang tua yang keliru dalam memperlakukan anak. Misalnya, orang tua membiarkan anak-anaknya nongkrong di jalan dan begadang hingga larut malam. Mereka menghabiskan waktunya hanya untuk bermain atau guyon, mengejek satu sama lain, dan saling berlomba melempar kata-kata kotor. Padahal semestinya waktu-waktu tersebut bisa dimanfaatkan oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya untuk mengaji Al-Qur’an di rumah. Meski orang tua memiliki kemampuan yang kurang baik dalam membaca Al-Qur’an, tetapi upaya orang tua itu dapat mempersempit ruang gerak anak untuk hal-hal yang kurang baik dalam pandangan agama. Dalam keluarga yang broken home sering ditemukan seorang anak yang kehilangan keteladanan. Orang tua yang diharapkan oleh anaknya sebagai teladan, ternyata belum mampu memperlihatkan sikap dan perilaku yang baik. Akhirnya anak kecewa terhadap orang tuanya. Anak merasa resah dan gelisah. Mereka tidak betah tinggal di rumah. Keteduhan dan ketenangan merupakan hal yang langka bagi anak. Hilangnya keteladanan dari orang tua yang dirasakan anak memberikan peluang bagi anak untuk mencari figur yang lain sebagai tumpuan harapan untuk berbagi perasaan dalam duka dan lara. Di luar rumah, anak mencari teman yang dianggapnya dapat memahami dirinya; perasaan dan keinginannya. Kegoncangan jiwa anak ini tidak jarang dimanfaatkan oleh anak-anak nakal untuk menyeretnya ke dalam sikap dan perilaku jahiliyah. Sebagian besar kelompok mereka tidak hanya sering mengganggu ketenangan orang lain seperti melakukan pencurian atau perkelahian, tetapi juga tidak sedikit yang terlibat dalam penggunaan obat-obat terlarang atau narkoba. Pergi ke tempat-tempat hiburan merupakan kebiasaan mereka. Menggoda wanita muda atau pergi ke tempat prostitusi adalah hal yang biasa dalam pandangan mereka. Sikap dan perilaku anak yang asosial dan amoral seperti di atas tidak bisa dialamatkan kepada keluarga miskin, bisa saja datang dari keluarga kaya. Di kotakota besar misalnya, sikap dan perilaku anak yang asosial dan amoral justru datang dari keluarga kaya yang memiliki kerawanan hubungan dalam keluarga. Ayah, ibu dan anak sangat jarang bertemu dalam rumah. Ayah atau ibu sibuk dengan tugas mereka masing-masing, tidak mau tahu kehidupan anak. Kesunyian rumah memberikan peluang bagi anak untuk pergi mencari tempat-tempat lain atau apa saja yang dapat memberikan keteduhan dan ketenangan dalam kegalauan batin. Akhirnya, apa pun alasannya, mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua dalam keluarga. Oleh karena itu, sesibuk apa pun pekerjaan yang harus diselesaikan, meluangkan waktu demi pendidikan anak adalah lebih baik. Bukankah orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang lebih mendahulukan pendidikan anak daripada mengurusi pekerjaan siang dan malam. Sumber UIN Walisongo Faisal Nurhidayat
pendidikan keluarga disebut juga pendidikan